Saturday, August 27, 2016

Ketika Menitipkan Anak ke Daycare (TPA) Menjadi Pilihan

Zaman kita kecil dulu tentu sudah berbeda dengan sekarang. Berkembangnya internet dan keadaan lingkungan yang tidak aman menjadi salah satu kekhawatiran terhadap pengaruh perkembangan anak. Memberikan pendidikan, pegasuhan, dan pengawasan yang baik untuk tumbuh kembang anak menjadi prioritas setiap orang tua. Namun sebagai orang tua keharusan untuk bekerja setiap hari, memaksa kita untuk mencari partner terbaik dalam mengasuh anak.

Pernahkah Anda menghadapi situasi merasa berat ketika memutuskan meninggalkan anak bekerja? Di samping tak mendapat baby sitter atau asisten yang dipercaya, memasrahkan anak ke nenek kakeknya yang tidak lagi bekerja kadang juga membuat kita berfikir ulang. Masing-masing kita mungkin memiliki berbagai macam alasan yang memberatkan untuk memasrahkan anak kepada asisten rumah tangga atau kakek neneknya di rumah, sehingga menyekolahkan anak di usia dini menjadi alternative terbaik.

Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, di lingkungan kita sekarang sudah banyak sekali lembaga informal pendidikan anak usia dini yang berkembang terintegrasi dengan daycare atau tempat pengasuhan, atau kalau istilah masyarakat awam biasa dikatakan tempat penitipan anak. Lantas bagaimana ketika menitipkan anak ke daycare menjadi pilihan? Sebelum lebih jauh membahas daycare seperti apa yang baik, mari kita pahami terlebih dulu apa itu daycare dan apa yang dibutuhkan anak usia dini?

Apa itu Daycare?
Daycare atau Tempat Pengasuhan Anak (TPA) adalah tempat yang menawarkan jasa penitipan sekaligus pengasuhan anak. Biasanya daycare terintegrasi dengan PAUD. Masyarakat awam kadang menyebutnya tempat penitipan anak. Tempat Pengasuhan Anak (TPA) yang ideal sering tidak mau jika disebut tempat penitipan. Karena anak-anak bukanlah barang yang bisa dititip-titipkan. Yang anak-anak butuhkan adalah pengasuhan atau pendidikan bukan sekedar penitipan. Jadi itu yang perlu kita pahami di awal.

Lembaga Daycare/ TPA biasanya paham tahap perkembangan anak dan membangun kecerdasan anak melalui kegiatan bermain. Daycare semakin marak karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Banyak sekali alasan yang membuat ibu berat untuk meninggalkan pekerjaan.

Apa yang Dibutuhkan Anak Usia Dini?
Di masa golden age, otak anak sedang mengalami perkembangan yang baik.  Di Indonesia pendidikan anak usia dini berarti pendidikan sampai rentang usia 6 tahun. Sedangkan di luar negeri childhood education sampai anak usia 9 tahun. Menurut Tim Utton, pada usia 3 tahun, seseorang dibentuk seumur hidup. Menurut Maria Montessori, masa yang paling penting pertumbuhan manusia adalah usia 6 tahun pertama (golden age), sedangkan menurut Yvonne Martin, program-program untuk mencegah kenakalan remaja harus dimulai dari usia pra sekolah.

Perkembangan otak 95% terjadi pada usia di bawah 7 tahun. Dari usia 0 sampai 8 tahun, anak menyimpan memori-memori perlakuan yang dia terima yang akan masuk dalam alam bawah sadarnya. Misalnya jika dikatakan bodoh, dia akan merasa bodoh. Jika dikatakan nakal, dia akan merasa nakal. Jika sering tidak dihargai, dia akan merasa menjadi anak yang tidak berarti.

Banyak yang dibutuhkan anak usia dini. Tidak hanya sekedar makanan bergizi dan ASI, tapi perlakuan dan stimulasi perkembangan motorik, social emosi, kata-kata positif. Memilih partner mengasuh anak membuat orang tua harus berfikir berkali-kali.

Bagaimana Memilih Daycare yang Tepat untuk Anak?
  1. Visi Misi dan Program Pembelajaran
Sebuah lembaga pendidikan biasanya memiliki visi dan misi. Pertama kali yang harus dilihat ketika survey TPA yang tepat untuk anak adalah visi dan misinya. Dari visi dan misi ini, akan terlihat ke mana arah dan tujuan pendidikan anak usia dini di lembaga tersebut.
Hanya dari visi dan misi saja kadang belum terlihat jelas kegiatan anak-anak di TPA. Langkah kedua setelah memahami visi dan misi adalah melihat metode pembelajarannya dan jadwal keseharian anak. Selama orang tua bekerja, anak-anak bermain di sekolah. Apa yang dilakukan anak, bagaimana jadwal rutinitasnya, apa saja kegiatan mainnya, kapan istirahat, metode pembelajarannya, cara melatih disiplinnya, dan bahkan apa menu makan siangnya di sekolah perlu dicermati orang tua.
Di sekolah yang terintegrasi dengan TPA memiliki pembiasaan yang tertib dan anak tidak hanya belajar bersosialisasi. Kebutuhan fisik dan psikis anak juga harus terpenuhi. Anak-anak tidak hanya butuh pelayanan, tetapi yang jauh lebih penting adalah menerapkan life skill sederhana. Misalnya meletakkan tas dan sepatu setelah datang, makan sendiri, berusaha memakai baju sendiri bisa menjadi poin melatih kemandirian anak. 
Banyak sekolah yang juga memiliki program parenting. Setiap jangka waktu tertentu sekolah akan mengadakan seminar-seminar atau pertemuan pemaparan program sehingga antara sekolah dan orang tua dapat terbuka dan memiliki kesamaan visi misi.
2.      Fisik Bangunan
Fisik bangunan yang mewah tidak menjamin sebuah sekolah itu bagus. Tetapi bagaimana kebersihannya. Bagaimana keadaan kamar mandinya. Apakah terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dengan perempuan. Jumlah kamar mandi yang terkait bagaimana pengaturan jadwal mandinya, apakah pengaturannya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, tempat tidurnya bagaimana apakah dipisahkan juga antara laki-laki dan perempuan.
Banyak yang tidak memperhatikan hal ini. Tidak semua daycare mengajari anak untuk menjaga aurat/ privasi ini. Walaupun mereka masih kecil menjaga agar tidak saling melihat aurat sangat penting. Sehingga sampai dewasa, mereka mampu melindungi tubuh mereka sendiri.
3.      Model Komunikasi yang Digunakan Guru
Dari usia 0 sampai 8 tahun, anak menyimpan memori-memori perlakuan yang dia terima yang akan masuk dalam alam bawah sadarnya. Perlakuan dan cara berkomunikasi kepada anak di sekolah harus kita perhatikan. Anak-anak butuh mendapatkan kata-kata positif. Misalnya ketika menghadapi anak, orang dewasa hendaknya menghindari marah, menyuruh, dan melarang. Maksudnya marah di sini, marah dengan bahasa kasar atau keras yang membuat anak takut dan kaget. Kata-kata negative yang mengejutkan akan mempengaruhi perkembangan otak mereka. Terlalu sering menyuruh anak menggunakan kata perintah akan membuat mereka terdekte. Ketika dewasa mereka tidak akan melakukan sesuatu jika belum diperintah. Demikian juga dengan kata jangan. Melarang anak justru membuat mereka melakukan hal itu. Menggunakan kata-kata negative dapat diganti dengan kata positif.
Komunikasi yang digunakan guru dapat menjadi poin daycare yang baik yang dibutuhkan anak. Children see, children do, jadi orang tua harus dapat mengetahui bahwa lingkungan anak hendaknya yang memberi pengaruh dan model positif untuk mereka.
4.      Biaya
Mahal dan murahnya biaya relatif masing-masing pribadi. Namun yang perlu diperhatikan ketika telah memilih tempat yang mahal, kita harus perhatikan kualitas yang ditawarkan. Melihat kebutuhan anak yang kompleks, orang tua harus memberi tempat pendidikan yang terbaik. Dunia semakin berkembang. Kita tidak tahu pengetahuan apa yang dibutuhkan anak-anak kelak ketika mereka dewasa. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi kebutuhan dasarnya sekarang dan mendukung perkembangan maksimal mereka.

Tenang Meninggalkan Anak di TPA

Ketika sudah cocok, satu visi misi, orang tua akan tenang meninggalkan anak bekerja. Sebuah lembaga pendidikan anak usia dini yang baik paham betul apa saja yang dibutuhkan oleh anak. Banyak yang mengeluh dan juga semakin puas setelah menitipkan anaknya di TPA. Orang tua yang merasa cocok dengan sekolah yang dipilih, akan merasa puas karena anak semakin tertib, disiplin, dan mampu berkomunikasi dengan santun.

Pada masa adaptasi di sekolah ada beberapa anak yang mengalami hal-hal tertentu. Ketika belum nyaman di sekolah banyak orang tua merasa khawatir kenapa selama sebulan anaknya masih menangis ketika diantar berangkat, lebih daripada itu, orang tua sangat khawatir ketika ada goresan kuku di kulit anaknya. Sekolah pasti selalu meminimalisir terjadinya pertengkaran antar anak. Saling berebut mainan dan sibling, kadang tidak bisa dihindari. Di manapun akan mudah terjadi konflik antar anak. Namun, justru di situlah anak-anak belajar. Kapan harus menyayangi teman, kapan harus berbagi mainan, kapan harus bersabar menunggu giliran main, dan mana yang merupakan barang milik/ bukan miliknya.

Anak-anak berangkat dari rumah yang berbeda. Siblingnya pun bermacam-macam. Ada yang ketika guru memperhatikan satu anak, anak yang sibling langsung menyerang anak yang diperhatikan tadi. Ada juga anak yang biasa saja. Segala kemungkinan ada. Bentuk pertahanan anak pun macam-macam. Ada yang diam dan menangis ketika diajak kenalan. Ada juga yang balas memukul ketika digigit. 

Anak-anak sangat kreatif dan punya banyak cara menarik perhatian orang dewasa. Ketika mereka tidak diberi mainan dan aktivitas yang cukup, mereka juga selalu punya banyak ide untuk menggunakan berbagai macam benda yang ada di sekitarnya sebagai obyek mainan. Orang dewasa mudah saja mengatakan anak tersebut nakal. Padahal, anak-anak bukan miniature orang dewasa. Mereka belum paham dan selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru. Anak-anak butuh motivasi dan respon positif.

Orang tua dan guru juga perlu berkomunikasi setiap saat. Komunikasi efektif antara orang tua dan guru sangat diperlukan supaya kebiasaan baik di sekolah bisa dilanjutkan di rumah, begitu pula sebaliknya. Sekolah yang terbuka dalam hal berkomunikasi, punya program yang bagus, komunikasi yang digunakan mendukung dan dapat menstimulasi anak, adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan saat memilih daycare. Ketika telah mendapatkan sekolah partner dalam mendidik dan mengasuh anak, semoga anak-anak dapat berkembang dengan baik.

No comments:

Post a Comment