Friday, December 2, 2016

Perempuan, Mari Ikut Mengawali Membangun Pendidikan

Pendidikan memiliki tugas yang berat. Sampai sejauh ini perubahan sistem pendidikan di Indonesia masih selalu diupayakan dengan program terbaik. Berubahnya kurikulum pendidikan dari tahun ke tahun adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, sampai sejauh ini permasalahan-permasalahan yang kompleks masih menjadi kendala dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas lulusan peserta didik, kualitas pengajar, dan biaya pendidikan adalah bagian dari aspek yang selalu diupayakan terbaik supaya tujuan pendidikan tercapai. Memperbaiki pedidikan di Indonesia tidak cukup jika hanya dilakukan sepotong-sepotong. Dibutuhkan upaya menyeluruh dari bagian input sampai proses supaya bisa menghasilkan output yang diharapkan. Oleh karena itu, memperbaiki kualitas pendidikan dibutuhkan waktu yang panjang, berkelanjutan, dan bersama-sama supaya semua aspek dapat tersentuh.
Terlalu luas jika berbicara mengenai perbaikan pendidikan nasional dengan permasalahannya yang kompleks, karena itu kemudian muncul pertanyaan, upaya sederhana apa yang bisa dilakukan untuk mengawali langkah meningkatkan kualitas penerus bangsa di Indonesia? Apa yang bisa dilakukan masyarakat biasa untuk mulai ikut serta dalam membangun pendidikan?
Ibarat sebuah bangunan, pendidikan anak terdiri dari pondasi, dinding, tiang, dan atap. Pondasi adalah dasar pendidikan oleh orang tua, dinding dan tiang adalah pendidikan di lingkungan yang dipengaruhi masyarakat, sedangkan atap adalah pendidikan formal (TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Pondasi menentukan seberapa kuat dasar pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Orang tua memiliki kewajiban menanamkan moral dan agama. Lingkungan dan masyarakat yang membentuk dinding-dinding dan tiang yang semakin kuat dan kokoh. Sedangkan atap adalah bagian yang akan menyempurnakan anak dengan kemampuan akademik. Sebagai bekal untuk bertahan dari panas dan hujan persaingan dunia kerja dan kehidupan saat dewasa.
Pendidikan adalah proses usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Orang tua, khususnya ibu adalah perempuan yang harus punya peranan aktif mengajar dan melatih hal dasar, mengawasi dan membentuk watak anak, supaya fisik, emosi, dan sosialnya berkembang baik. Ibu punya tanggung jawab mengawasi perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak. Keseharian anak tidak boleh lepas dari perhatian ibu. Dari sini ibu bisa mempelajari anak. Bagaimana sifat dan kemampuan anak, pendidikan moral yang bagaimana yang harus ditanamkan, dan kemampuan apa yang menonjol yang diminati anak sehingga bisa dikembangkan secara maksimal.
Banyak hal yang bisa diupayakan ibu untuk kebaikan anak, dimulai dari yang paling awal misalnya saat awal kehamilan, ibu bisa mengupayakan usaha yang terbaik untuk janin, mendongengi cerita saat anak masih dalam kandungan sampai indranya mulai sempurna menangkap dan merespon cerita, memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya, melanjutkan upaya ketika lahir dengan mendampinginya bermain, membebaskannya bermain dengan teman sepermainan tetapi tetap mengawasi dari kejauhan, mendampingi belajar, memberi solusi saat mengalami kesulitan di sekolah, mencari solusi dan memahami keadaannya saat stress masalah sekolah, mencari tahu kenapa anak malas dan mengeluh berangkat, memberi teladan dengan hal-hal positif dan membimbingnya ketika menjumpai sesuatu yang buruk, bagaimana sikap terbaik, apa yang baik dan buruk yang harus dilakukan semua berjalan alami dan bisa disuntikkan bersama dengan kesehariannya. Ibu tidak tahu apa yang akan dialami oleh anak sewaktu-waktu. Oleh karena itu perhatian perempuan sebagai seorang ibu tidak boleh lepas dari anak.
Selain itu, seorang anak memiliki kecerdasan yang beraneka ragam. Mengenalinya sedari awal sangat penting supaya ke depan anak berkembang dan orang tua bisa mengerti langkah apa yang harus dilakukan untuk mengarahkan, sehingga tidak hanya memaksakan kehendak kepada anak. Intinya adalah pengupayaan, pemahaman, dan pengertian yang baik. Jika seorang ibu lepas tangan, Ia tak akan bisa melihat, mengerti, membimbing, dan mendidik anak saat berkembang.
Dari sini terlihat bahwa tanggung jawab membangun pendidikan tidak sepenuhnya ada pada sekolah, tapi justru orang tua khususnya Ibu yang harus bertanggung jawab penuh. Pendidikan yang baik dari orang tua bisa membantu memaksimalkan kemampuan anak. Inilah yang saya maksud pendidikan dari akar. Supaya pondasi semakin kuat. Bekal yang didapat anak dari orang tua cukup untuk membuatnya bermoral, mandiri, dan bijaksana menjalani perkembangan selanjutnya.
Di sekolah, anak tidak semata-mata menghadapi masalah yang berkaitan dengan ilmu akademis, tetapi juga belajar bagaimana bersosialisasi yang baik bersama teman-teman. Anak juga harus bisa memprioritaskan antara belajar di kelas atau bolos, kabur dari sekolah, atau mungkin sewaktu-waktu memilih bertabiat buruk terhadap guru dan teman-teman. Jadi ketika anak sudah dibekali moral dari rumah walaupun di sekolah dan masyarakat ada godaan penyimpangan sikap, mereka bisa mengambil jalan atau memprioritaskan yang terbaik. Semua berawal dari rumah.
Dalam hal ini BJ Habibi juga pernah mengutarakan bahwa Ibu memiliki peran penting dalam keluarga dan anak. Pendidikan dengan hati sangat diperlukan oleh anak, dan jalan satu satunya adalah melalui pendekatan. “Dalam hal pendidikan, anak harus dekat dengan ibunya,” demikian tandasnya (okezone[dot]com). Kesuksesan dan kegagalan seorang anak tidak jauh dari peran seorang ibu. Di Jepang, perempuan bahkan bangga jika ia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga dari pada berkarir. Ibu-Ibu di Jepang lebih bangga berhasil mendidik anak dari pada berhasil di dunia karir. Tapi terlepas dari itu, walaupun banyak perempuan lebih memilih berhasil di dunia karir semoga mereka masih bisa dekat,memperhatikan, dan mendidik anak. Karena pendidikan Ibu adalah pendidikan yang pertama dan utama.
Jadi,  cukup sederhana, membangun pendidikan bisa diawali dengan mengupayakan hal yang paling dasar, yaitu menjadi ibu yang sadar perannya. Mengoptimalkan kekuatan pondasi bisa dijadikan sebagai langkah awal ikut andil dalam membangun pendidikan. Itulah alasan kenapa peradaban berada di tangan perempuan.

No comments:

Post a Comment